Your Sign Here

Sabtu, 20 Maret 2010

Matinya Harapan

Yang namanya harapan itu memang bisa menunjang kehidupan.
Hidup dengan percaya pada banyak harapan memang mengasyikkan, seru, tak membosankan.
Yah. Setidaknya itu yang dirasakan sebelum harapan itu sendiri mati dengan perlahan.
Harapan mati?
Itu tidak masalah.
Karena apa? Setelah harapan mati, pasti harapan lain akan muncul.
Tapi bagaimana jika bukan harapan yang mati, tapi matinya berharap?
Bagaimana jika HARAPAN itu sama sekali tidak bisa diharap?
Kalau begitu, apa aku harus mencari cara agar mampu berharap lagi sedangkan yang ada disekitarku hanyalah harapan yang terus diharap, bukan harapan untuk diwujudkan atau diraih?
Mungkin aku akan tetap terbelenggu harapan.
Tinggalkan masalah harap-mengharap yang seakan semu itu.
Di kenyataan yang ada dihadapanku sekrang,
Bukan sekali harapanku mati, hilang, lenyap, kemudian diganti dengan harapan lain.
Tidak sampai aku sadar bahwa semua harapanku itu hanya untuk lari dari kemungkinan buruk yang mungkin bisa merunyamkan hidupku.
Dan lagi, dari semua yang aku takutkandari harapan adalah mematahkan harapan orang lain.
Bukan aku mau mematahkan harapan orang lain, bukan karena harapanku sendiri pernah dipatahkan, tapi karena kadang aku sendiri tidak tau harapan apa yang kalian mau.
Sampai akhirnya, karakter baruku terbentuk.
Karakter aneh yang ku rasa lebih cocok berada di lingkungan orang lain.
Tapi sampai akhirnya, aku nggak tau apa harapan dan keinginanku sendiri.

Ada satu hal yang sebenarnya aku inginkan,
Harapan egois yang aku yakin akan menjadi salah satu harapan yang akan mati lagi.
Aku ingin menjadi harapan orang lain.
Mimpi paling egois yang pernah aku pikirkan.
Dengan melihat kondisiku sekrang, aku yang seperti ini menjadi harapan oranglain, hanya bisa membuatku menyinggungkan senyum sinis menyindir diri sendiri.
Dari sekian banyak orang yang bisa ditaruhkan harapan, aku bukan yang dihitung.
Mungkin aku harus mengawali dengan merajut harapanku sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar