Your Sign Here

Selasa, 19 Oktober 2010

Simulasi Hidupku : Kau dalam Posisiku

Image and video hosting by TinyPic

Dalam membaca posting ini, aku harap Anda berpikir Anda berada dalam posisi saya. Berikan pendapat Anda tentang semua keadaan yang akan saya ceritakan..

Kau adalah seorang gadis remaja biasa. Berumur 15 tahun, kelas X di suatu SMA di sebuah kota kecil yang indah. Kau mempunyai seseorang yang kau sayang, kau bersamanya hampir setengah tahun hingga saat kau memutuskannya dengan alasan kau ingin memfokuskan diri dalam pelajaran. Hal itu terjadi karena kau masuk kelas khusus yang membuatmu harus menamatkan sekolah dalam waktu 2 tahun, dan ini adalah masa percobaan.

Selain itu, sebenarnya, kau sudah lelah dengan status anda sendiri. Kau hampir tidak mengetahui tentang dirinya, orang yang pernah kau sayang itu. Dia bisa datang dan bercerita padamu, menyanjungmu, memujimu, menyayangimu, tapi mendadak bisa menghilang tanpa kabar, tak ada penjelasa dan ketika kau mengharapkan dia bercerita apa yang terjadi padanya dia hanya berkata bahwa tidak ada yang terjadi.

Bisa kau bayangkan perasaan yang kau rasakan ketika itu? Ketika kau ingin tahu, tetapi dia tidak ingin kau tahu? Kau ingin berguna baginya, walau kau tahu kehadiranmu sendiri sudah membantunya, tapi kau tidak tau permasalahannya. Sehingga kau takut dalam berkata padanya, taku perkataanmu menyentuh titik sensitif pikirannya. Kau merenung, diam, tidak tau apa yang harus kau katakan lagi ketika ia berkata "Aku baik-baik saja, sayang."

Setelah kau memutuskannya, sahabat-sahabatmu menyuruhmu untuk kembali lagi padanya karena kata mereka, mantanmu itu, yang pernah kau sayangi, berubah. Kau merasa bersalah. Kau ingin bertanya, kau khawatir sebagai temannya. Kau tidak ingin dia menjadi musuhmu dan menyakitinya lebih dari itu. Semua temanmu yang tidak mengetahui keletihan hatimu menghadapinya memintamu untuk kembalinya. Banyak dukungan untukmu dan memintamu kembali padanya. Tapi kau telah memutuskan dengan tegas untuk tidak kembali kepada mantanmu. Kau ingin hidup baru. Kau ingin menjalani sesuatu yang beda karena kau tahu jika kau kembali padanya, kau hanya akan mengulang hal yang sama berulang kali, bahkan lebih parah, kau tidak menyayanginya lagi. Mana yang kau pilih? Kembali padanya karena kasian padanya atau melepasnya karena kau menyayanginya karena kau tahu dia bisa mendapatkan yang benar-benar mampu bersamanya, dan begitu pula denganmu.

Kau sering merasakan sakit hati seperti rasa bertanggungjawab atas perubahan yang terjadi pada dirinya. Di lain sisi, kau dekat dengan beberapa pria lain. Kau berpikir, jika memang sudah tak dapat kembali dengan yang lama, untuk apa kau berkutat disitu? Kau berpikir kau lebih baik mencari yang lain yang bisa menutup luka hatimu sendiri.

Dan hal ini diketahui oleh mantanmu sendiri karena pria yang mendekatimu adalah mantan sahabat mantanmu sendiri. Kau menganggap hal itu adalah hal biasa. Kau teringat akan kata mantanmu : "Ya sudah kalau memang harus begitu. Aku akan mendukung siapapun yang akan kau pilih selanjutnya."
Kau pun mulai menelaah, mencoba membuka pintu hatimu yang memang sudah terluka sebelumnya. Kau mencoba memahami banyak pria.

Satu pria menarik perhatianmu. Dia agresif dalam mencari perhatianmu dan itu jelas sekali terlihat. Kadang kau merasa risih dan bingung dengan tindakannya. Kau hanya memakluminya. Kau tau, orang yang mencoba mendekatimu pasti melakukan hal seperti itu. Dia pria yang menghormatimu, memperlakukanmu seperti layaknya cewek (hal yang tidak kau dapat ketika kau bersama mantanmu yang hati-hati sekali berbicara padamu), berani berpendapat dan berargumen melawanmu. Kau tertarik dengannya. Kau berpikir dia bisa jadi teman debat yang asik. Kadang terlintas juga pikiran aneh jika dia jadi pacarmu. Tapi kau sering menepisnya karena menurutmu aneh sekali jika seorang cewek yang baru putus dengan pacarnya sebulan yang lalu sudah bisa mendapatkan pacar baru sebulan kemudian?

Kau pun terdiam. Kau takut dengan perasaanmu sendiri. Kau takut kau menyukai mantan sahabat mantanamu itu. Kau tahu hubungan mereka dekat dan kau ternyata disukai keduanya. Kau bimbang, kau takut jika pria itu benar-benar menyukaimu dan apa yang akan kau lakukan, apa yang kau putuskan.

Sementara itu, mantanmu jelas sekali masih menyayangimu. Masih mengharapkanmu kembali ke pelukannya. Kau hanya meringis kecil mengetahui kenyataan kau sangat dicintai dan kau melepas orang yang sangat mencintaimu itu. Dia jelas sekali berkata bahwa tidak ada yang bisa mengganti posisimu. Dan kau berpikir, setidaknya hal itu berlaku hingga mantanmu bertemu perempuan yang lebih darimu dalam segala bidang, dan menggantikan posisimu di hatinya. Hal itu terjadi pada hatimu. Posisi mantanmu bisa digeserkan -dan kau tidak berusaha menjaga posisi mantanmu itu sendiri karena kau tahu hidup di masa lalu tidak mendatangkan apapun untukmu.

Hal yang kau takuti terjadi. Pria itu -mantan sahabatnya mantanmu- menembakmu. Dia berkata dia mencintaimu. Dia menyayangimu. Kau diam. Pikiranmu sempat kacau. Satu sisi kau ingin mencoba menjalin hubungan dengannya karena dia mempunyaia karakter yang membuatmu tertarik dan menginginkannya, di lain sisi, kau tidak mau merusak hubungan antara mereka, persahabatan mereka. Kau pun menerimanya.

Itu awal dari kejadian-kejadian lainnya.
Teman-temanmu bingung dengan keputusanmy. Mereka bingung kenapa dengan 2 bulan, kau bisa berpaling ke pria lain? Mereka bertanya, apa yang kau lihat dari sosok pria yang menjadi pacarmu itu. Kau ingin sekali berkata : "Aku melihat apa yang tidak kau lihat dalam dirinya."
Tapi kau tidak sanggup berkata begitu. Terlebih ketika kau mendengar bahwa kau memutuskan mantanmu karena kau ingin berpacaran dengan pria yang sekarang jadi pacarmu.

Kau merenung. Apa keputusanmu salah? Padahal, dalam hatimu, kau berfikir, kau mengambil keputusan ini karena kau ingin melangkah maju, mencoba hal baru, merelakan yang pernah kau miliki dan mempraktekkan analisa atas semua kesalahamu terhadap kegagalan hubunganmu sebelumnya. Namun, tak seorangpun mengerti dengan pemikiranmu. Menereka menilai kau hanya ingin bermain tentang 'hubungan' itu. Kau hanya bisa menunduk dalam mendengarnya. Kau bingung kenapa tidak ada yang sepemikiran dengan dirimu sendiri.

Kau semakin merasa bersalah..
Kau bingung.. kau butuh alasan kuat untuk tetap menjalani hubungan yang ada dengan keadaan runyam..
Mantanmu jelas sekali tidak suka dengan pacarmu itu. Terlebih pacarmu adalah mantan sahabatnya sendiri. Kau menghancurkan hidupnya. Kau berpikir begitu. Lalu, apa yang bisa kau lakukan? Kau sudah tidak menyayangi mantanmu lagi. Anehnya, kau mulai menyayangi pacarmu yang sekarang. Bukankah memang begitu adanya, pikirmu. Rasa sayang itu bisa berubah.. Tergantung cara menjanganya. Kau berpikir begitu. Tapi kembali tidak ada yang mengerti.

Sekarang kau terkatung-katung. Kau memilih untuk tetap menjalaninya meski kadang perih mendengar semua penilaian mereka tentangmu..

Berdasarkan semua yang terjadi diatas, adakah cara lain yang menurutmu lebih bagus dilakukan?
Bisakah kau melarang rasa sayang terhadap orang lain? Bukankah munafik untuk tidak mengakui perasaan sayangmu kepada orang lain?
Memahami perasaan memang jauh lebih susah daripada mengetahuinya..

3 komentar:

Dev's mengatakan...

mnurut aku, apa yg ko putusin itu udh bener. masalah bukan pada diri mereka yang mengkritik. tapi pada keteguhan hati.
masalah juga bkan pada masa lalu, tapi pada pola pikir dan nurani diri sendiri.
baik yang "menyayangi" ataupun yang "disayangi" mesti punya keputusan kan? walaupun keputusan itu ditetapkan oleh yg "disayangi" tapi itu dengan pikiran logis, dan gak mungkin yang "disayangi" itu mengkhianati perasaannya sendiri.
no problem sih kalau memikirkan perasaaan sang "masa lalu". namun setidaknya sang "masa lalu" harus bisa mengerti. HARUS. "yang disayangi" mungkin udah menempatkan dirinya sebagai "sang masa lalu", namun belum tentu "sang masa lalu" mengerti perasaan org yang "disayangi"-nya itu SEKARANG karena ia tidak menempatkan diri sebagai org "yang disayangi"-nya itu...

*mengerti? ini terlalu berbelit belit.

Wie Nanda mengatakan...

ngerti ngerti..
itu dia, nggak semua orang bisa paham kayak elu pahamnya..
'sang masa lalu' tidak ingin tetep menjadi si 'masa lalu'.
dia ingin terus ada di kehidupan sekarang.
cuma bisa ngarep dia ngerti..
dia hanya mementingkan rasa sayangnya, sedangkan yang dia sayangi bingun dengan rasa sayang miliknya sendiri.

Dev's mengatakan...

hmm, menurut aku "sang masa lalu" itu udah mencoba untuk melupakan perasaannya, tapi gak bisa. tapi pada akhirnya ia pasti mngerti kok, cinta gak harus memiliki. hahahaaaseeekkk

Posting Komentar